makkatul mukarromah 2016

makkatul mukarromah 2016

02/12/12

GUS DUR KEBINGUNGAN NGGAK YAH ?


Tebuireng.org - Peringatan 1.000 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang jatuh pada Kamis, 27 September 2012 diadakan di dua tempat besar, meski banyak di tempat kecil lain. Pertama, di Pondok Pesantren Tebuireng, tempat pemakaman beliau bersama kakeknya, KH Hasyim Asy'ari yang juga pendiri NU. Dan kedua, di Ciganjur Jakarta, rumah tinggal keluarga sehari-hari. Tempat pertama memiliki kekuatan historis sedangkan yang kedua mempunyai potensi publis.
Ada dua celotehan yang sempat penulis dengar terkait peringatan ini. Pertama, apa Gus Dur tidak kebingungan, mau menghadiri yang mana? Kedua, apa jawaban Gus Dur ketika disoal oleh kakeknya tentang barongsay yang ikut kirim doa menyertai tahlilan dan yasinan di Tebuireng?
Ini mengingatkan penulis saat perziarah ke makam seorang wali di luar Jawa bersama kawan-kawan Dewan Hakim MTQ Nasional . Teman itu bertanya;"Cak, tadi di makam, sampeyan mencium sesuatu atau tidak?"
"Ya, harum. aneh, sebentar-sebentar ada, sebentar tak ada," kata saya
"Sama."
"Kenapa?"
"Itu berarti beliau khudlur."
Maksudnya, beliau sedang ada diruang itu, hadir menyambut. Logikanya, bisa saja, orang menziarahi sebuah makam, sementara wali yang bersangkutan sedang ke luar. Meski demikian, parsel dan proposal tetap diterima oleh kesekretariatan yang nantinya disampaikan sewaktu waktu sang boss datang. Semua itu berjaIan sistemis dan otomatis atas izin Allah.
Dalil tentang, bahwa para nabi, para syuhada, orang-orang saleh hidup di alam sama memang ada. (wa huwa hayy, bal ahya' dll).
Namun pemahaman makna "hidup" itulah yang berbeda. Pertama, hidup aktif. Yakni bisa beraksi dan bereaksi, seperti merespon salam, merekomendasi doa peziarah kepada Tuhan dll. Kedua, hidup pasif. Kayak orang hidup yang bisa menikmati fasilitas, sebagai ekstra servis atas kesalehannya. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Atau, Anda berpendapat lain?
Kearifan Ketiga
Gus Dur memang bukan manusia standar. Ada kelebihan di atas manusia kebanyakan. Daya rahmatnya yang konsis, sungguh memberi manfaat bagi orang hidup, meski dia sendiri sudah lama tiada. Maka wajar, mereka berduyun-duyun mendoakan. Sebagai muslim, siapa sih yang tidak ingin hidup bahagia dan matipun bahagia, bahkan lebih bahagia. Untuk mencapai itu, diperlukan kearifan kedua dalam berpandangan hidup. Contoh paling gampang dipapar berikut ini.
"Tentang doa, tahlilan, yasinan yang  dikirim teruntuk mayit, bisa nyampai atau tidak?" Soal dasar hukum dan dalil, baik naqli maupun aqli sama-sama ada, baik bagi yang mendukung nyampai atau yang menolak. Tak bisa kita truth claim dengan menyalahkan yang lain dan membenarkan diri sendiri. Maka, di sinilah dibutuhkan second knowledge atau kearifan kedua. Yaitu kearifan memilih pendapat yang menguntungkan dan sah, bukan pendapat  yang merugikan meski juga sah.
Bagi mereka yang memilih pahala Yasinan bermanfaat bagi mayit, penulis ucapkan selamat dan beruntung.  Anda pintar dan arif. Selain Anda memiliki aset pribadi, Anda juga mendapat hadiah, bonus dan parsel dari kawan-kawan. Moga bisa membantu kebutuhan Anda di alam sana. Tuhan bersikap sesuai keyakinan hamba-Nya (Ana 'ind dhann 'abdi bi).
Sementara bagi kawan-kawan yang berpendapat tidak bisa nyampai, sia-sia dan tak berguna, penulis hormat. Anda orang hebat yang merasa amalnya cukup dan tak butuh subsidi. Moga demikian.
Tapi tak salah bila dikoreksi: "Benarkah amal Anda cukup?"
Jika di sono nanti Anda mengalami defisit, maaf, Anda tidak bisa menerima subsidi. Sebab jalur sudah Anda putus sejak dulu dan Tuhan bertindak sesuai keyakinan Anda.
Dalam silabi teks Qurani, hadiah-hadiahan tersebut hanya berlaku bagi mereka yang seiman. Beda agama antara pengirim dan yang dikirim tak bisa. Itulah yang dipegangi para ulama termasuk Kiai Hasyim Asy'ari.
Namun Gus Dur ingin lebih dari itu, ingin melampaui yang standar dan biasa. Sehingga memilih menggunakan kearifan ketiga. Dimana, non-seiman juga bisa bermanfaat. Tidak merasa cukup hanya dengan kearifan kedua yang dinilai kurang optimal.
Makanya, barongsay dibolehkan ikut kirim doa menyertai tahlilan dan yasinan di seputar makam Gus Dur, dengan harapan sama-sama bisa nyampai dan bermanfaat. Lumayan.
Dari sisi ini, nampak sesungguhnya Gus Dur itu pribadi sangat santun di hadapan Tuhan, merasa amat fakir dan benar-benar membutuhkan kucuran rahmat-Nya yang tak terhingga. Dan hasrat itu beliau tempuh dengan caranya sendiri, cara yang tidak lazim dilakukan para ulama pada umumnya.
Kira-kira inilah yang dijawabkan oleh Gus Dur atas gugatan kakeknya yang hanya menggunakan kearifan kedua. Dialog emajiner ini hanyalah sebuah ilustrasi rasional, di mana segala keputusan tetap mutlak di tangan Tuhan.
Gus Dur Berpesan
Berikut ini sekedar dialog imajiner penulis dengan Gus Dur terkait peringatan 1.000 hari wafat beliau.
Penulis: "Apa pesan Gus buat para pengada peringatan 1000 hari ini?"
Gus Dur: "Soal kirim doa sudah lancar. Itulah sisi ihtida' dari manfaat ziarah kubur. Para peziarah, peserta peringatan bisa mengambil pelajaran religi. Setidaknya ingat mati, lalu meningkatkan amal kebajikan. Cuma, sisi iqtida'-nya tak muncul."
Penulis: "Apa itu Gus?"
Gus Dur: Mereka hanya semangat kirim doa, tapi kurang semangat meneladani (iqtida') amal baik yang pernah saya lakukan. Utamanya di bidang pemikiran, kerja sosial, tebar kedamaian, bukan tebar pesona dan lain-lain. Dari gelagat peziarah, rasanya makam saya ini banyak dikunjungi pejabat. Mungkin dianggap wali pejabat. Ya, tak ubahnya wali-wali lain dengan spisifikasi sendiri-sendiri.
Yang lebih buruk dari itu ada. Mereka tidak mengambil hikmah religius dari peringatan ini, tidak pula mengambil keteladanan dari perbuatan saya, tapi malah mengambil keuntungan materi dari penyelenggaraan peringatan ini. Saya berharap Tuhan mengampuni kami dan kawan-kawan."
Penulis: "Itu pesan untuk umat, barang kali ada pesan untuk santri atau keluarga?"
Gus Dur: "Ya, untuk santri, harus lebih hebat dari saya. Jika sungguhan, pasti bisa. Mata saya ini sampek beleken, karena terlalu banyak membaca. Sedangkan untuk keluarga, agar semua bisa menjaga nama baik saya. Tampilan anak-anak di media dan di masyarakat tidak mengundang rasan-rasan negatif. Kebebasan ya kebebasan, tapi akhlak dan kepantasan tetap wajib dipatuhi. Anak-anak jangan sekadar merujuk saya saja, rujuk pula Mbah Buyut, Kiai Hasyim Asy'ari, kiainya para kiai negeri ini. Terima kasih."
Dan untuk guruku tercinta, penulis ucapkan: "Allahummighfirlah." (*)
Tulisan ini dimuat di Harian Radar Mojokerto, Kamis 27 September 2012

KENAPA SAYA MEMILIH NU



Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH. M. Hasyim Asy'ari, pendiri pondok pesantren Tebuireng. Kendati demikian, NU tidak semerta-merta membuat KH. Wahid Hasyim yang notabenenya adalah putra dari KH. M. Hasyim Asy'ari otomatis memilih NU. KH. Wahid Hasyim mempunyai penilaian sendiri terhadap organisasi yang didirikan oleh ayahnya tersebut.
KH. Wahid Hasyim menjelaskan, paling tidak ada empat faktor yang menyebabkan dia bergabung dengan NU. Pertama, keberhasilan NU mengembangkan organisasi dalam waktu singkat dan meliputi daerah yang luas. Kedua, anggotanya punya mentalitas tinggi, meski tidak punya kaum terpelajar yang banyak. Ketiga, NU mempertahatikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam. Dan keempat, adanya ulama yang terus menjaga ajaran Islam. Faktor kiai, yang dulunya dianggap sebagai penghambat keberhasilan NU, justru menjadi kunci keberhasilannya.
Dari hal tersebut di atas, dapat di teladani bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua tidak secara mentah-mentah didukung oleh anak. Perlu adanya penilaian objektif berdasarkan nalar dan logika apakah sesuatu yang dilakukan oleh orang tua layak di dukung oleh anak. KH. Wahid Hasyim memilih NU bukan karena faktor pendirinya yang merupakan ayahnya sendiri, melainkan karena faktor menilaian yang dilakukannya sendiri sehingga beliau mengambil keputusan memilih NU secara objektif berdasarkan apa yang beliau amati dan di anggap baik (dan memang baik).


EMPAT PERKARA , DARI KH. HASIM ASYARIE


Nasehat Empat Perkara
Tebuireng.org - Saya  memulai tulisan ini dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih di dunia dan Maha Penyayang di akhirat. Saya memuji kepada Allah SWT yang merajai seluruh alam. Semoga rahmat ta'dzim selalu terlimpahkan kepada pemberi petunjuk dan junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarganya.
Setelah membaca basmalah, hamdalah, dan shalawat, di sini saya akan menerangkan nasihat yang terangkum dalam empat bab.
Pertama, setelah Nabi Muhammad SAW diutus di muka dunia ini, maka semuanya mengetahui akan agama Islam. Dalam AlQur'an disebutkan:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imra:85)
Jadi orang yang memeluk agama selain Islam, tidak akan diterima agamanya. Mereka bukanlah ahli surga melainkan ahli neraka.
Kedua, mengenai rukun Islam. Disebutkan dalam kitab Mukhtar al- Imam Muslim, bahwasannya Nabi SAW menegaskan agama Islam terbangun atas lima pondasi, yakni (1) dua kalimat syahadat yang berbunyi: ……(2) Menegakkan shalat lima waktu. (3) Menyalurkan zakat jika memiliki barang yang wajib dizakati. (4) Berpuasa di bulan suci Ramadhan. (5) Naik haji ke Baitullah bila mampu.
Ketiga, rukun Iman. Nabi Muhammad SAW menjelaskan, bahwa rukun Iman itu ada enam; Percaya kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab Allah, percaya kepada para Rasul, adanya hari kiamat, dan qadar Allah; baik dan buruk.
Keempat, marilah kita renungkan kembali wasiat Nabi kepada sahabat Abi Darda' ra. Imam Bukhari dalam salah satu karyanya yang berjudul Adab AI-Mufrad menceritakan: Suatu ketika Nabi SAW berwasiat kepada sahabatnya, "Wahai Abu Darda', janganlah kamu menyekutukan Allah SWT sekalipun anggota tubuhmu dipotong dan dibakar. Janganlah meninggalkan shalat lima waktu. Jika ada orang yang meninggalkan shalat, maka kelak pada hari kiamat saya tidak menanggung keselamatannya.
Janganlah kamu meminum minuman yang memabukkan, sebab itu adalah biang dari segala dosa. Patuhlah kamu kepada kedua orangtuamu, meskipun mereka meminta semua harta yang kau miliki. Janganlah bertengkar dengan semua orang, terutama yang telah merawatmu, juga orang-orang yang berkuasa." Maka dari itu wahai Saudara laksanakanlah shalat lima waktu agar selamat dari neraka. Sebab orang yang masuk neraka amatlah pedih merasakan siksa. Dalam kitab hadits Sunan Ibnu Majah disebutkan, Nabi SAW bersabda: "Api neraka dinyalakan selama seribu tahun sehingga berwarna putih. Lalu dinyalakan lagi selama seribu tahun sehingga warnanya menjadi merah. Kemudian dinyalakan kembali selama seribu tahun sehingga warnanya berubah hitam layaknya kegelapan langit saat malam hari. Di dalam neraka terdapat banyak ular, kalajengking, kelabang yang besarnya menyerupai pohon jambe, semuanya siap menyengat orang yang tidak mengerjakan shalat, agar mereka bisa masuk surga. Sedangkan orang yang di surga merasa senang selamanya."
Disebutkan pula dalam kitab Shahih Muslim Nabi SAW bersabda: "Ketika semua penghuni surga telah masuk surga, Allah memerintahkan malaikat menyampaikan kabar kepada ahli surga. Malaikat berkata: "Wahai para penghuni surga, kalian semua diberi kesehatan dan tidak akan sakit selamanya. Kalian akan hidup dan tidak akan mati selamanya. Kalian akan tetap muda dan tak akan tua selamanya. Kalian diberi nikmat, kesenangan, tidak miskin dan tidak resah."
Kelak semua orang mukmin di surga, akan diberi rumah yang panjangnya mencapai 60 km. Seluruhnya terbuat dari intan murni (bukan campuran). Di dalamnya terdapat banyak ranjang, dan setiap ranjang ditempati para bidadari cantik jelita. Wallahu A'lam.
Cerita ini adalah benar dan nyata, diambil dari hadits-hadits shahih. Barang siapa yang merasa ragu atau tidak percaya, maka bukanlah termasuk dari golongan orang-orang mukmin. (Abdullah/tbi.org)

Sumber : Buku Beragama Yang Baik dan Benar Menurut Hadratus Syaikh