makkatul mukarromah 2016

makkatul mukarromah 2016

11/03/11

PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR


SEJARAH GONTOR
Pondok Gontor didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Pada masa itu pesantren ditempatkan di luar garis modernisasi, dimana para santri pesantren oleh masyarakat dianggap pintar soal agama tetapi buta akan pengetahuan umum. Trimurti kemudian menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu'alimin Al-Islamiah (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Pesantren Gontor dikelola oleh Badan Wakaf yang beranggotakan tokoh-tokoh alumni pesantren dan tokoh yang peduli Islam sebagai penentu Kebijakan Pesantren dan untuk pelaksanaannya dijalankan oleh tiga orang Pimpinan Pondok(Kyai) yaitu KH Hasan Abdullah Sahal (Putra KH Ahmad Sahal). Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasy (putra KH Imam Zarkasy)dan KH Syamsul Hadi Abdan,S.Ag. Tradisi pengelolaan oleh tiga pengasuh ini, melanjutkan pola Trimurti (Pendiri).
Pada saat peristiwa Madiun tahun 1948 saat Muso telah menguasai daerah Karesidenan Madiun (Madiun, Ponorogo, Magetan, Pacitan dan Ngawi) dan membunuhi banyak tokoh agama, dimana pada saat itu TNI sudah dilumpuhkan oleh PKI, Pesantren Gontor diliburkan dan santri serta ustadnya hijrah guna menghindar dari kejaran pasukan Muso. KH Ahmad Sahal(alm) selamat dalam persembunyian di sebuah Gua di pegunungan daerah Mlarak. Gua tersebut kini disebut dengan Gua Ahmad Sahal. Kegiatan Pendidikan Pesantren dilanjutkan kembali setelah kondisi normal.
Pandangan Modern KH Ahmad Sahal, sebagai Pendiri tertua dari Trimurti dan kedua adiknya yaitu KH Ahmad Fanani dan KH Imam Zarkasy diwujudkan pula dalam menyekolahkan putra-putrinya selain di sekolah agama (pesantren) juga di sekolah umum. Drs. H. Ali Syaifullah Sahal (alm) alumni Filsafat UGM dan sebuah Universitas di Australia, dosen di IKIP Malang; Dra. Hj. Rukayah Sahal dosen IKIP (UMJ) Jakarta dll.
Dan tentu menjadi bahan pemikiran anggota Badan Wakaf saat ini, untuk mewujudkan Pesantren Gontor menjadi semacam Universitas Al Azhar di Mesir, sebuah universitas yang memiliki berbagai bidang kajian (Agama serta Ilmu dan Teknologi) yang berbasiskan Islam.
Pada tahun 1994 didirikan pondok khusus putri untuk tingkat KMI dan pendidikan tinggi yang khusus menerima alumni KMI. Pondok khusus putri ini menempati tanah wakaf seluas 187 hektar. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kini, pondok khusus putri memiliki lima cabang, tiga cabang berlokasi di Ngawi, satu cabang di Sulawesi Tenggara dan satu di Kediri.
Hingga kini gontor telah memiliki 10 cabang yang terdiri dari 13 kampus di seluruh Indonesia dan santri/ santriwatinya mencapai 14.273 orang. Tidak seperti pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang pantalon.
 Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI)
Adalah jenjang pendidikan menengah di Pondok Gontor yang setara dengan SMP dan SMA. Masa belajar dapat diselesaikan dengan empat tahun dan/atau enam tahun
 Jam belajar
Jam belajar di pondok gontor dimulai pada jam 04.30 saat salat subuh dan berakhir pada pukul 22:00.
Jam belajar ini terbagi menjadi dua bagian:
Pendidikan formal dimulai dari pukul 07:00 - 12:15
Pengasuhan dimulai pukul 13.00
Kurikulum dan Pelajaran
Kurikulum KMI yang bersifat akademis dibagi dalam beberapa bidang, yaitu:
Bahasa Arab
Dirasah Islamiyah
Ilmu keguruan dan psikologi pendidikan
Bahasa Inggris
Ilmu Pasti
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Sosial
Keindonesiaan/ Kewarganegaraan.
KMI membagi pendidikan formalnya dalam perjenjangan yang sudah diterapkan sejak tahun 1936. KMI memiliki program reguler dan program intensif.
Program reguler untuk lulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan masa belajar hingga enam tahun. Kelas I-III setingkat dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) jika mengacu pada kurikulum nasional dan kelas IV-VI setara dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (MA).
Program intensif KMI untuk lulusan SMP/MTs yang ditempuh dalam 4 tahun.
Bahasa Arab dan bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa pergaulan dan bahasa pengantar pendidikan, kecuali mata pelajaran tertentu yang harus disampaikan dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Arab dimaksudkan agar santri memiliki dasar kuat untuk belajar agama mengingat dasar-dasar hukum Islam ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa Inggris merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan/umum.
Pengasuhan santri adalah bidang yang menangani kegiatan ekstrakurikuler dan kurikuler. Setiap siswa wajib untuk menjadi guru untuk kegiatan pengasuhan pada saat kelas V dan VI jika ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di ISID, mereka tidak akan dipungut biaya, tetapi wajib mengajar kelas I-VI di luar jam kuliah.mengajar kuliah dan membantu pondok itulah yang di lakukan sebagai bentuk pengabdian dan pengembangan diri,
fidul qur'an dan mengadopsi kurikulum gontor, yang beralamat di jl.sikatan belakang kantor kecamatan sumberrejo-bojonegoro JATIM
Pelatihan tambahan bagi guru dengan materi yang sesuai dengan standar pendidikan nasional.
Keterampilan, kesenian, dan olahraga tidak masuk kedalam kurikulum tetapi menjadi aktivitas ekstrakurikuler.
Siswa diajarkan untuk bersosialisasi dengan membentuk masyarakat sendiri di dalam pondok, melalui organ organisasi. Mulai dari ketua asrama, ketua kelas, ketua kelompok, organisasi intra/ekstra, hingga ketua regu pramuka. Sedikitnya ada 1.500 jabatan ketua yang selalu berputar setiap pertengahan tahun atau setiap tahun.
dan terdapat banyak pondok alumninya, diantaranya adalah pondok alumni yang ada di bojonegoro, SMP PUTRI AISYIYAH, SMP yang termasuk di dalamnya tah
Fasilitas
Kompleks pondok pada umumnya terdiri dari masjid besar, aula, gedung dua lantai, dan sekolah. Bangunan asrama melingkari bangunan sekolah.
Terdapat juga:
Asrama santri
Ruang-ruang praktikum
Laboratorium Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
Kursus komputer
Warung internet
 Biaya sekolah dan sumber dana
Biaya pendidikan bagi siswa di KMI sebesar Rp. 350.000 per bulan, terdiri dari Rp. 170.000 untuk uang makan dan Rp. 150.000 untuk biaya pendidikan, 30 ribu uang kegiatan.
Dosen dan pengasuh pondok tidak pernah digaji
Manajemen pesantren dilakukan secara swadana dan swakelola
Sumber pendanaan berasal dari santri dan pengembangannya dikelola dalam beberapa unit usaha untuk mendanai pendidikan, pengajaran, dan pengasuhan.
Seluruh pengelola adalah keluarga besar pondok yang terdiri dari para santri dan dosen.
Tidak dipungut Biaya Pendaftaran & Biaya Gedung
Alumni
M. Hidayat Nur Wahid,Mantan Ketua MPR RI
Muhammad Maftuh Basyuni,Mantan Menteri Agama
KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PB NU (Nahdhatul Ulama)
Abu Bakar Baasyir, Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Solo
Nurcholis Madjid, Cendekiawan Muslim
Ahmad Fuadi, Novelis
AS. Panji GUmilang, Pimpinan Pesantren Modern Al-Zaytun
 Lain-lain
Pada 10 April 2006, merayakan ulang tahunnya yang ke-80 pondok gontor mengadakan acara seperti ceramah, jambore, dan raimuna. Pengadaan acara ini menelan biaya tidak kurang dari Rp. 4 miliar dan turut mengundang Presiden Republik Indonesia, wakil presiden dan Gubernur Jawa Timur Imam Utomo.
Rencana pengembangan Institut Studi Islam Darussalam (ISID) menjadi universitas dan membukanya untuk umum.
Merencanakan menambah program pendidikan bahasa Mandarin mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Cina yang pesat.
Para santri/santriwati kelas I-IV dilarang menonton televisi. Saat mereka menginjak V dan VI mereka diizinkan untuk menonton televisi dengan jam terbatas. Hal ini dimaksudkan agar santri/santriwati hanya mendapatkan hal-hal positif, sampai mereka cukup dewasa untuk berpikir, setelah itu baru diberikan hal-hal yang negatif- itupun hanya sebatas pengetahuan.Referensi
Kompas, Senin 8 Mei 2006, hal 38. Teropong Nusantara: 80 tahun Pondok Gontor. Eksis karena tradisi dan independensi.
Kompas, Senin 8 Mei 2006, hal 39. Teropong Nusantara: Pendidikan Pesantren. Uniknya Kurikulum Gontor.

KHAERUL ROZIQIEN ELBASYARIE JAWAL WUSYTHO
Dari www.pesantren modern gontor.com

KHAERUL ROZIQIEN alumni BUNTET PESANTREN CIREBON


Pondok Buntet Pesantren Cirebon
Sekilas Pondok Buntet Pesantren




Buntet Pesantren adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang umurnya cukup tua. Berdiri sejak abad ke 18 tepatnya tahun 1785. Menurut catatan sejarah seperti yang tertulis dalam buku Sejarah Pondok Buntet Pesantren karya H. Amak Abkari, bahwa tokoh Ulama yang pertama kali mendirikan Pesantren ini adalah seorang Mufti Besar Kesultanan Cirebon bernama Kyai Haji Muqoyyim (Mbah Muqoyyim).

Bermula karena beliau memiliki sikap non kooperatif terhadap penjajah Belanda waktu itu, sehingga lebih kerasan (betah) tinggal dan mengajar di tengah masyarakat ketimbang di Istana Kesultanan Cirebon. Rupanya, setelah merasa cocok bertempat tinggal di perkampungan dan memberikan dakwah keagamaan, akhirnya beliau mendirikan sebuah pondok pesantren yang cukup terekenal bernama PONDOK BUNTET PESANTREN.

Masih menurut catatan sejarah, tempat yang pertama kali dijadikan sebagai pondok pesantren Buntet, letaknya di Desa Bulak kurang lebih 1/2 km dari perkampungan Pesantren yang sekarang. Sebagai buktinya di Desa Bulak tersebut terdapat peninggalan Mbah Muqoyyim berupa makan santri yang sampai sekarang masih utuh.

Letak Pesantren
Di tempat yang sekarang ini berada, pesantren ini posisinya ada di antara dua Desa: + 80% Pesantren ini menjadi wilayah administratif Desa Mertapada Kulon dan sisanya bagian Barat milik Desa Munjul. Pesantren ini sendiri bukanlah nama Desa, melainkan hanya tempat/padepokan santri. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dari ratusan tahun yang lalu, penduduk pesantren ini makin lama makin berkembang. Kepadatannya cukup besar.

Pesantren ini mirip sebuah desa. Justeru bila mencari Pondok Pesantren Buntet di Desa Buntet, yang letaknya bersebelahan, tidak akan ketemu, sebab letak pesantren ini di antara Desa Mertapada dan Munjul. Sebelah Utara Pesantren ini dibatasi oleh Buntet Desa; sebelah Timur Desa Mertapada (LPI); Sebelah Selatannya adalah Desa Kiliyem dan sebelah Barat adalah Desa Munjul.

Masyarakat Penghuni Pesantren
Berbeda dengan Pondok Pesantren lain, keberadaan Pesantren Buntet ini cukup unik karena komunitasnya yang homogen; antara santri dan penduduk asli pesantren ini sulit dibedakan, terutama bila dipandang oleh orang lain. Orang yang mengenal Buntet sebagai sebuah pesantren, ketika bertemu dengan salah seorang lulusan pesantren ini, dianggapnya sebagai santri sehingga kesan yang timbul adalah berdekatan dengan ilmu keagamaan dan ubudiah. Karena memang tidak bisa dipungkiri, baik penduduk asli pesantren ini ataupun santri, keberadaan sehari-hari, tidak lepas dari aktivitas nyantri (mengaji).

Setidaknya ada tiga jenis masyarakat penghuni pesantren: Pertama, masyarakat keturunan kyai. Dari catatan silsilah keturunan Kyai Buntet, hampir seluruh Kyai di Pesantren ini adalah anak cucu dari keturunan Syarif Hidayatullah, salah seorang anggota Walisongo. Kedua, Masyarakat biasa. Asal mula mereka adalah para santri atau teman-teman Kyai yang sengaja diundang untuk menetap di Buntet.

Mereka memiliki hubungan yang cukup erat bahkan saling menguntungkan (mutualism). Awalnya mereka menjadi khodim (asisten) atau teman-teman Kyai kemudian karena merasa betah akhirnya menikah dan menetap di Buntet Pesantren hingga sekarang. Penduduk Buntet Pesantren yang bukan dari turunan Kyai ini dulunya dikenal dengan istilah masyarakat Magersari. Ketiga, masyarakat santri. Merekalah yang membesarkan nama baik Buntet Pesantren.

Sebab namanya juga perkampungan santri, aktivitas sehari-hari diramaikan oleh hingar-bingar pelajar yang menuntut ilmu; siang para santri disibukkan dengan belajar di sekolah formal, dan malam harinya belajar kitab atau diskusi tentang agama di masing-masing kyai sesuai kapasitas ilmunya.

Sesepuh Buntet Pesantren
Dalam perkembangan selanjutnya, kepemimpinan Pondok Buntet Pesantren dipimpin oleh seorang Kyai yang seolah-olah membawahi kyai-kyai lainnya yang memimpin masing-masing asrama (pondokan). Segala urusan ke luar diserahkan kepada sesepuh ini.

Lebih jelasnya periodisasi kepemimpinan Kyai Sepuh ini berturut-turut hingga sekarang dipimpin oleh Kyai yang dikenal Khos yaitu KH. Abdullah Abbas (kini Almarhum), dan digantikan oleh KH. Nahduddin Abbas. Nama-nama Kyai yang dituakan dalam mengurus Pondok BuntetPesantren secara turun-termurun adalah sebagai berikut:







1. KH. Muta’ad (Periode pertama)
2. KH. Abdul Jamil
3. KH. Abbas
4. KH. Mustahdi Abbas
5. KH. Mustamid Abbas
6. KH. Abdullah Abbas
7. KH. Nahduddin Abbas (hingga sekarang




Seiring dengan perkembangan zaman, Pondok Buntet Pesantren dengan segala potensi yang dimiliki berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dengan memadukan antara Sistem Salafi dan Sistem Kholafi. Sistem salafi adalah metode belajar dengan berpedoman kepada literatur para ilmuan Muslim masa lalu, sedangkan sistem khalaf mengacu kepada pendidikan modern dengan kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkannya.

Untuk lebih mengoptimalkan ikhtiar tersebut, maka dibentuklah sebuah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Salah satu tugasnya adalah mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal.

Sebab salah satu sistem yang dibangun di pesantren ini adalah bagi santri yang mondok di Buntet Pesantren diharuskan menyelesaikan pendidikan formal sebagai amanat UU Pendidikan Nasional, sesuai dengan usia pendidikannya. Mereka harus mengikuti jenjang pendidikan formal seperti SD, SLTP, SLTA hingga Universitas jika mampu. Selain itu mereka pun diwajibkan mengikuti pendidikan non formal (dirosah diniyyah) yang digelar di masing-masing asrama, atau mengikuti pendidikan khsusus yang diadakan oleh kyai-kyai sesuai spesialisasi ilmunya.

Para Almarhumin Kyai

Berturut-turut nama-nama di bawah ini adalah para kyai yang telah berkiprah lama mengurus Pondok Buntet Pesantren. Salah satu jasa beliau adalah mempertahankan sekaligus memajukan sistem pendidikan pesantren bagi generasi muda Indonesia. Para lulusan Buntet sangat kenal sekali dengan mereka. Karena itu sepantasnya untuk mengenang jasa-jasa beliau maka di bawah ini adalah nama-nama armarhumin (pendahulu) yang bisa dipelajari bagaimana riwayat kehidupannya.


KH. Abdul DJamil
KH. Abbas
KH. Ilyas
KH. Anas
KH. Yusuf
KH. Khamim
KH. Ahmad Zahid
KH. Khowi
KH. Mustahdi Abbas
KH. Mustamid Abbas
KH. Zen
KH. Murtadho
KH. Busyrol Karim
KH. Akyas Abdul Jamil
KH. Arsyad
KH. Izuddin Zahid
KH. Nasiruddin Zahid
KH. Anwaruddin Zahid
KH. Hisyam Mansyur
KH. Chowas Nuruddin
KH. Fuad Hasyim
KH. Fuad Zen
KH. Nu’man Zen
KH. Fahim Khowi
KH. Fakhruddin

DARI www.KH.NASHIRUDDIN.COM



WALIYULLAH DARI KELUARGA RASULULLAH SAW

WALIYULLAH  INDONESIA  DARI  KELUARGA  RASULULLAH SAW
1.       Ali Bin Abi Tholib ( Fatimah Azzahra )
2.       Husain bin Ali
3.       Ali Zainal Abidin bin Husain
4.       Muhammad Al-Baqir Bin Ali Zainal Abidin
5.       Ja’far Ashshodiq bin Muhammad Al-baqir
6.       Ali Uroidi bin Ja’far Ashshodiq
7.       Muhammad An Naqib bin Ali Uroidi
8.       Isa Ar Rumi bin Muhammad An Naqib
9.       Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumi
10.   Ubaidulloh bin Ahmad Muhajir
11.   Alawi Awwal bin Ubaidulloh
12.   Muhammad Shohibus’Saumi’ah bin Alawi Awwal
13.   Alawi Astani bin Muhammad Shohibus Saumi’ah
14.   Ali Kholi Qosam bin Alawi Tsani
15.   Muhammad Shohib Mirbath (Hadramaut ) bin Ali Kholi Qosam
16.   Alawi Ammil Faqih ( Hadramaut )bin Muhammad shohib Mirbath
17.   Abdul Malik AlMuhajir ( Nasrobad,India ) bin Alawi Ammil Faqih
18.   Abdulloh Khan bin Abdul Malik AlMuhajir
19.   Ahmad Jalaluddin Khan bin Abdulloh Khan
20.   Syaik Jumadil Qubro ( Jamaluddin Khan ) bin Ahmad Jalaluddin khan
21.   Maulana Malik Ibrohim bin Syaik Jumadil Qubro
22.   Sunan Ampel ( R.Rahmat /Sayyid Ahmad Rahmatillah ) bin Maulana Malik Ibrohim
23.   Sunan Bonang (Makhdum Ibrohim ) bin Sunan Ampel .

KHAERUL ROZIQIEN ELBASYARIE JAWAL WUSTHO 


LOKAJAYA

SUNAN KALIJAGA
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.
Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.
Sejarah Hidup
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.