makkatul mukarromah 2016

makkatul mukarromah 2016

28/07/12


puasa juga berfungsi sebagai DETOKSIFIKASI 

JAKARTA -  Selama berpuasa, perut dalam kondisi kosong lebih dari 12 jam , sehingga dikhawatirkan mengganggu pencernaan . Namun , jangan khawatir , para ahli dan penelitian menunjukan,  puasa baik untuk kesehatan asalkan pola makan diatur dan nutrisi seimbang . Dr. Ari Fahrial Syam SpPD , MMB dari sub bagian Gastroenterologi FKUI-RSiJPN , Cipto mangunkusumo menyatakan, puasa bagus untuk KESEHATAN pencernaan bERPUASA MERUPAKAN BAGIAN DARI TERAPI MEDIS, saat berpuasa , ada perubahan jadwal makanan dari tiga kali sehari menjadi dua kali sehari . Saat itu terjadi pengurangan asupan kalori, kata dia . Pada hari biasa, kata Ari, saat makan siang biasanya orang mengonsumsi makanan berlemak . Dengan berpuasa kebiasaan makan seperti itu berkurang . Penderita MAG yang rentan dengan gangguan pencernaan juga tidak perlu khawatir berpuasa, pasien mag akan makan lebih teratur . Sealain itu dengan shaum, akan mengendalikan diri sehingga lebih tenang dan tidak stres . Sebuah penelitian menunjukan, orang yang mengalami luka dilambung, tetapi tetap berpuasa dan minum obat memiliki tingkat kesembuhan lebih besar dibandingkan dengan tidak berpuasa . Ari menuturkan , saat berpuasa terjadi pengurangan asupan kalori . Ini menyebabkan asupan lemak, juga ikut berkurang . Asupan lemak yang berkurang akan mengurangi asupan kolesterol. “ Jika seseorang berpuasa dengan pola makan baik, seharusnya parameter laboratorium juga akan membaik”, katanya . Pakar gizi dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia ( PDGKI )
Dr. dr. Fiastuti Witjaksono SpGK,MSC mengatakan hal yang sama. “ Menjalani puasa ramadhan sangat bermanfaat bagi saluran pencernaan, “ kata FIASTUTI . Saat puasa organ pencernaan dapat beristirahat untuk sementara waktu . Lambung yang tidak pernah beristirahat akibat makan tiga kali sehari, akhirnya dapat beristirahat selama berpuasa . Hal ini agar organ tersebut bisa bekerja lebih baik lagi setelah puasa, katanya . Saat sistem pencernaan beristirahat itulah energi tubuh menjadi lebih terarah untuk proses perbaikan-perbaikan sel dan sistem tubuh yang rusak . Namun manfaat itu tidak tercapai jika saat berbuka puasa diterapkan sistem balas dendam. Idealnya, lanjut dia , berbuka dilakukan secara bertahap . Pola makan dengan jumlah kalori secukupnya dan gizi seimbang .  Beberapa penelitian seperti dikutip dari WEEKLY TRUST.COM, menyebutkan, puasa juga berfungsi sebagai DETOKSIFIKASI  . DETOKSIFIKASI  adalah kemampuan tubuh menetralisasi atau mengeliminasi zat-zat racun dari tubuh . Proses DETOKSIFIKASI tersebu terjadi pada , USUS BESAR, HATI, GINJAL,  PARU, KLENJAR GETAH BENING, SERTA KULIT . Ketika berpuasa pada bulan ramadhan, terjadi penurunan asupan makanan atau energi . Ini menyebabkan tubuh mengerahkan cadangan energi yang ada untuk menggantikan kekurangan asupan tersebut . Lalu terjadilah suatu proses yang disebut otolistis . Otolistis ini merupakan penguraian cadangan lemak untuK diubah menjadi energi . Saat berpuasa cadangan lemak yang tertimbun akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan  energi harian . Saat bersamaan  terjadi pelepasan bahan-bahan kimia yang terikat dalam lemak . Bahan kimia itu akan dibuang oleh organ –organ yang bertugas melakukan detoksifikasi . Selain itu saat berpuasa , energi yang sebelumnya untuk proses pencernaan dialihkan dalam proses metabolisme dan sistem kekebalan . Karena itu saat shaum terjadi peningkatan proses penyembuhan penyakit .
Agar puasa tetap lancar dan pencernaan tidak terganggu ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berbuka dan sahur .
1. Bagi penderita Mag, hindari makanan dan minuman yang banyak mengandung GAS dan terlalu banyak serat, seperti kol, sawi, nangka dan pisang ambon .
2. Hindari konsumsi makanan yang sulit dicerna saat berbuka puasa . Makanan yang sulit dicerna dapat memperlambat pengosongan lambung . Hal ini menyebabkan peningkatan peregangan dilambung dan akhirnya dapat meningkatkan asam lambung, diantaranya makanan berlemak, cokelat juga keju .
 DIKUTIP DARI KORAN REPUBLIKA OLEH METHODE AL-AMBIYA, 28 JULI 2012 .